... karena saya menghargai rasa hormat terbesar terhadap kewajiban agama semua orang, apalagi betapa lucu, dan tidak dapat menemukannya dalam hati saya untuk meremehkan bahkan jemaat semut yang menyembah cangkir kodok ...
(...for I cherish the greatest respect towards everybody's religious obligations, never mind how comical, and could not find it in my heart to undervalue even a congregation of ants worshipping a toad-stool...)
Dalam "Moby-Dick," Herman Melville mengungkapkan rasa hormat yang mendalam untuk semua praktik keagamaan, terlepas dari penampilan mereka atau nilai yang dirasakan. Dia menekankan bahwa bahkan bentuk ibadah yang paling tidak konvensional atau tampaknya tidak masuk akal layak mendapatkan pengakuan dan penghormatan. Sudut pandang ini mencerminkan tema toleransi dan apresiasi yang lebih luas untuk berbagai cara di mana individu mencari makna dan hubungan dengan yang sakral.
Metafora semut Melville yang menyembah sebuah kodok menyoroti gagasan bahwa setiap sistem kepercayaan, tidak peduli seberapa sepele yang tampak bagi orang lain, memiliki arti penting bagi para praktisi. Sentimen ini mendesak pembaca untuk mendekati agama yang berbeda dengan pikiran terbuka dan pemahaman bahwa kepercayaan, bahkan yang paling lucu, layak dihormati dan dikagumi.