Saya bermain basket di kelas empat, lima dan enam karena itulah yang dilakukan teman-teman saya. Namun di kelas tujuh, saya memutuskan untuk berhenti bermain bisbol, mulai bermain bola basket, dan benar-benar berusaha mendapatkan uang untuk sekolah saya.
(I played basketball in fourth, fifth and sixth grade because it was what my friends did. But in seventh grade, I decided I wanted to quit baseball, start playing basketball and really just try to get my school paid for.)
Kutipan ini menyoroti pentingnya pilihan dan motivasi pribadi dalam menekuni olahraga dan pendidikan. Hal ini menunjukkan bagaimana keterlibatan awal sering kali berasal dari pengaruh sosial, namun seiring pertumbuhan individu, mereka mulai mengambil keputusan berdasarkan tujuan dan aspirasi pribadinya. Keputusan untuk memprioritaskan bola basket untuk memperoleh beasiswa menunjukkan betapa kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi strategis dalam mencapai ambisi yang lebih besar, seperti pendidikan tinggi. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya mendengarkan kepentingan diri sendiri dan membuat keputusan yang disengaja untuk menentukan peluang masa depan.