Keynesianisme, jika kita menambahkan bentuknya yang fleksibel dan berotot selama masa Depresi ke versi pascaperang yang lebih kaku, bertahan selama empat puluh lima tahun. Globalisasi kita sendiri, dengan determinisme teknokratis dan teknologi serta penyembahan berhala pasar, telah berlangsung selama tiga puluh tahun. Dan sekarang juga sudah mati.

Keynesianisme, jika kita menambahkan bentuknya yang fleksibel dan berotot selama masa Depresi ke versi pascaperang yang lebih kaku, bertahan selama empat puluh lima tahun. Globalisasi kita sendiri, dengan determinisme teknokratis dan teknologi serta penyembahan berhala pasar, telah berlangsung selama tiga puluh tahun. Dan sekarang juga sudah mati.


(Keynesianism, if you add its flexible, muscular form during the Depression to its more rigid postwar version, lasted forty-five years. Our own Globalization, with its technocratic and technological determinism and market idolatry, had thirty years. And now, too, is dead.)

📖 John Ralston Saul

🌍 Kanada  |  👨‍💼 Pengarang

(0 Ulasan)

Kutipan ini dengan tajam mengkaji sifat siklus dari paradigma ekonomi dominan dan kemerosotannya yang tak terelakkan. Ilmu ekonomi Keynesian, yang pernah memberikan kerangka kerja yang fleksibel dan kuat untuk mengelola fluktuasi ekonomi, mengalami transisi melalui fase-fase yang berbeda, dan pada akhirnya menjadi lebih kaku di era pascaperang sebelum pengaruhnya melemah. Refleksinya meluas ke globalisasi kontemporer, yang ditandai dengan pemerintahan teknokratis, determinisme teknologi, dan penghalaan pasar secara menyeluruh. Kekuatan-kekuatan ini, yang mendominasi selama beberapa dekade, kini dinyatakan sudah mati, hal ini menunjukkan adanya perubahan paradigma dalam pendekatan kita terhadap kebijakan ekonomi dan keterhubungan global. Penulis mengajak kita untuk mempertimbangkan bahwa tidak ada sistem atau ideologi ekonomi yang abadi; semuanya tunduk pada arus perubahan sosial, teknologi, dan politik. Pengakuan ini mendesak para pembuat kebijakan, akademisi, dan masyarakat untuk tetap beradaptasi dan berpikiran terbuka. Sejarah menunjukkan bahwa apa yang dianggap penting saat ini bisa menjadi usang di kemudian hari, sehingga memerlukan pendekatan inovatif dan perspektif baru untuk mengatasi tantangan di masa depan. Metafora dari akhir cerita ekonomi besar ini menandakan masa transisi, yang berpotensi membuka jalan bagi teori dan strategi baru yang lebih selaras dengan realitas saat ini dan ketidakpastian di masa depan. Memahami ketidakstabilan ini membantu mencegah kesetiaan buta terhadap doktrin apa pun, dengan menekankan pentingnya pemikiran kritis dan ketahanan dalam lanskap global yang terus berkembang.

Page views
3
Pembaruan
Desember 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.