Amerika menginvasi suatu negara tanpa memahami apa arti perang selama delapan tahun dengan Iran, dan betapa hal itu membuat Irak trauma. Mereka tidak menghargai apa yang mereka dukung selama satu dekade sanksi di Irak telah berdampak terhadap Irak dan kepahitan yang ditimbulkannya serta memusnahkan kelas menengah.

Amerika menginvasi suatu negara tanpa memahami apa arti perang selama delapan tahun dengan Iran, dan betapa hal itu membuat Irak trauma. Mereka tidak menghargai apa yang mereka dukung selama satu dekade sanksi di Irak telah berdampak terhadap Irak dan kepahitan yang ditimbulkannya serta memusnahkan kelas menengah.


(The Americans invaded a country without understanding what eight years of a war with Iran had meant, how that traumatized Iraq. They didn't appreciate what they support for a decade of sanctions in Iraq had done to Iraq and the bitterness that it created and that it wiped out the middle class.)

📖 Anthony Shadid

🌍 Amerika

(0 Ulasan)

Kutipan ini menggarisbawahi kompleksitas dan konsekuensi yang tidak diinginkan dari intervensi asing di Irak, dan menyoroti kurangnya pemahaman Amerika mengenai sejarah terkini negara tersebut. Invasi tersebut, yang sering dibingkai sebagai respons terhadap senjata pemusnah massal dan terorisme, mengabaikan luka mendalam yang ditinggalkan oleh Perang Iran-Irak sekitar satu dekade sebelumnya. Konflik tersebut telah menghancurkan Irak secara fisik, ekonomi, dan sosial, meninggalkan dampak trauma dan ekstremisme yang meluas ke masyarakat Irak secara keseluruhan. Selain itu, sanksi selama satu dekade yang dikenakan terhadap Irak semakin melumpuhkan negara tersebut—menghancurkan perekonomiannya, mengikis sistem layanan kesehatan dan pendidikan, dan menyebabkan penderitaan yang luas di kalangan rakyat biasa Irak. Langkah-langkah tersebut, meskipun dimaksudkan sebagai alat politik, pada dasarnya memiskinkan dan meminggirkan masyarakat, khususnya menghancurkan kelas menengah yang secara tradisional berfungsi sebagai tulang punggung masyarakat yang stabil.

Rusaknya tatanan sosial dan landasan ekonomi menumbuhkan kepahitan, kebencian, dan rasa pengkhianatan di kalangan warga Irak. Sentimen-sentimen ini sering kali diabaikan atau disalahpahami oleh aktor-aktor eksternal yang percaya bahwa intervensi militer dan pergantian rezim saja dapat menstabilkan negara. Kutipan tersebut dengan tajam menggambarkan bahwa negara-negara asing, khususnya Amerika Serikat, gagal memahami sepenuhnya luka dalam negeri Irak, sehingga menghasilkan kebijakan-kebijakan yang justru memperdalam perpecahan dan bukannya mendorong penyembuhan. Wawasan mendalamnya terletak pada pemahaman bahwa intervensi harus memperhitungkan trauma sejarah, dinamika masyarakat, dan dampak jangka panjang dari sanksi dan konflik. Jika tidak, siklus kekacauan dan kebencian akan terus berlanjut, sehingga pembangunan bangsa menjadi upaya yang jauh lebih kompleks. Refleksi tersebut menjadi pengingat akan perlunya empati, pemahaman sejarah yang menyeluruh, dan pandangan ke depan yang strategis dalam intervensi internasional.

Page views
192
Pembaruan
Desember 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.