Di zaman kuno, kami adalah pengguna; kami menggunakan komoditas sesuai dengan kebutuhan kami. Penggunaan saja tidak cukup untuk pasar modern; itu membutuhkan konsumen. Mengkonsumsi berarti mengonsumsi lebih dari kebutuhan alami umat manusia atau makhluk hidup mana pun.

Di zaman kuno, kami adalah pengguna; kami menggunakan komoditas sesuai dengan kebutuhan kami. Penggunaan saja tidak cukup untuk pasar modern; itu membutuhkan konsumen. Mengkonsumsi berarti mengonsumsi lebih dari kebutuhan alami umat manusia atau makhluk hidup mana pun.


(In ancient times, we were users; we used the commodities in accordance to our needs. Using is not sufficient for the modern market; it needs consumers. Consuming means consuming things much more than the natural need of humanity or of any living being.)

📖 Lobsang Tenzin

 |  👨‍💼 Pemimpin

(0 Ulasan)

Kutipan ini memberikan refleksi mendalam tentang bagaimana konsumsi manusia telah berevolusi dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada masa-masa awal, manusia berinteraksi dengan sumber daya secara bertanggung jawab, hanya menggunakan apa yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan penghidupan mereka. Kebutuhan mereka terbatas, dan konsumsinya berkelanjutan, sejalan dengan batasan alami. Namun di era modern, seiring dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan industrialisasi, konsep konsumsi telah mengalami pergeseran drastis. Saat ini kita didorong oleh budaya yang memberikan insentif kepada orang yang berlebihan, yang sering kali dipicu oleh tekanan pemasaran dan masyarakat, yang mengarah pada konsumsi berlebihan. Pergeseran ini mempunyai implikasi yang signifikan: degradasi lingkungan akibat penipisan dan pemborosan sumber daya, kesenjangan sosial, dan rasa ketidakpuasan yang dipicu oleh kepemilikan materi dan bukan pemenuhan hakiki. Kutipan tersebut menekankan bahwa perekonomian modern tidak hanya membutuhkan konsumen tetapi sangat membutuhkan konsumen untuk melanggengkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Siklus konsumsi berlebihan ini melampaui kebutuhan alam, memicu nafsu rakus akan barang-barang material yang seringkali mengakibatkan krisis ekologi dan terputusnya nilai intrinsik sumber daya alam. Menyadari pola ini mengajak kita untuk mempertimbangkan kembali hubungan kita dengan konsumsi—mempertanyakan apakah praktik yang kita lakukan saat ini benar-benar memenuhi kebutuhan manusia atau hanya didorong oleh tuntutan sistem yang berpusat pada konsumen. Peralihan secara sadar menuju konsumsi yang sadar dapat membantu menciptakan masa depan yang berkelanjutan di mana keseimbangan dan penghormatan terhadap batas-batas alam diprioritaskan dibandingkan akumulasi material tanpa henti.

Page views
139
Pembaruan
Desember 25, 2025

Rate the Quote

Tambah Komentar & Ulasan

Ulasan Pengguna

Berdasarkan 0 ulasan
5 Bintang
0
4 Bintang
0
3 Bintang
0
2 Bintang
0
1 Bintang
0
Tambah Komentar & Ulasan
Kami tidak akan pernah membagikan email Anda dengan orang lain.