Ambil apa pun yang dilontarkan pada Anda dan bangun di atasnya. Ya . . . Dan bukannya tidak. . . Tetapi. Idiot terikat oleh kebanggaannya, katanya. Itu selalu harus menjadi caranya. Ini juga berlaku untuk orang yang menipu atau melakukan hal -hal yang salah: ia selalu mencoba untuk membenarkan dirinya sendiri. Seseorang yang cerdas sehubungan dengan kehidupan rohaninya rendah hati. Dia menerima apa yang orang lain katakan kepadanya-kritik, ide-ide-dan dia bekerja dengan mereka.
(Take whatever is thrown at you and build upon it. Yes . . . and rather than No . . . but. The idiot is bound by his pride, he says. It always has to be his way. This is also true of the person who is deceptive or doing things wrong: he always tries to justify himself. A person who is bright in regard to his spiritual life is humble. He accepts what others tell him-criticism, ideas-and he works with them.)
Kutipan tersebut menekankan pentingnya kerendahan hati dan kemampuan beradaptasi dalam pertumbuhan pribadi. Ini menyoroti bagaimana individu, terikat oleh kebanggaan, sering menolak umpan balik konstruktif dan bersikeras dengan cara mereka sendiri, yang dapat menyebabkan penipuan dan pembenaran diri. Pola pikir ini membatasi pembelajaran dan peningkatan.
Sebaliknya, orang bijak secara spiritual merangkul kritik dan ide-ide yang berbeda, menggunakannya sebagai blok bangunan untuk perbaikan diri. Penerimaan ini mendorong pertumbuhan dan mendorong pendekatan kolaboratif terhadap tantangan hidup, sangat kontras dengan perilaku sombong dari mereka yang menolak perubahan dan umpan balik.